TUGAS
TELAAH ISI
KURIKULUM KIMIA SEKOLAH
“Menerapkan Konsep Reaksi Reduksi-Oksidasi Dalam Sistem Elektrokimia
Yang Melibatkan Energi Listrik dan Kegunaannya Dalam Mencegah Korosi dan Dalam
Industri di Kelas XII Semester Ganjil”
Disusun Oleh :
Fersi Silom
Gifen Piara
Juliana
Lesawengen
Yuniar
Pandegirot
Kelas : A
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN
KIMIA
REAKSI REDOKS DAN
ELEKTROKIMIA
Reaksi
kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi disebut reaksi reduksi oksidasi
atau reaksi redoks. Reduksi yaitu penurunan bilangan oksidasi atau penyerapan
elektron, sedangkan oksidasi yaitu kenaikan bilangan oksidasi atau pelepasan
elektron. Reaksi redoks ada yang dapat berlangsung secara spontan, ada juga
yang tidak spontan. Reaksi redoks spontan dapat digunakan sebagai sumber arus,
yaitu dalam sel voltaseperti batu, baterai dan aki. Sementara itu reaksi redoks
tak spontan dapat dilangsungkan dengan menggunakan arus listrik, yaitu dalam
reaksi elektrolisis. Elektrolisis banyak diterapkan dalam industri, misalnya
pengolahan aluminium, produksi NaOH dan klorin, dan dalam penyepuhan
(electroplating).
BAB 1
PENYETARAAN REAKSI REDOKS
Cu(s)
+ HNO3(aq) →Cu(NO3)2(aq) + NO(g) +
H2O(l)
Untuk
menyetarakan persamaan reaks redoks, diperlukan cara-cara khusus. Yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah
reaksi.
Metode Bilangan Oksidasi
Metode
ini didasarkan pada pengertian bahwa jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari
reduktor sama dengan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator.
Langkah-Langkah yang harus ditempuh dalam penyetaraan reaksi adalah sebagai
berikut :
·
Tuliskan kerangka dasar
reaksi, yaitu reduktor dan hasil oksidasinya serta oksidator dan hasil
reduksinya.
·
Setarakan unsur yang
mengalami perubahan bilangan oksidasi dengan memberi koefisien yang sesuai
(biasanya ialah unsur selain hidrogen dan oksigen)
·
Tentukan jumlah penurunan
bilangan oksidasi dari oksidator dan jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari
reduktor. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan “jumlah penurunan bilangan oksidasi” atau “jumlah pertambahan bilangan
oksidasi” adalah hasil kali antara jumlah atom yang terlibat dengan perubahan
bilangan oksidasinya.
·
Samakan jumlah perubahan
bilangan oksidasi tersebut dengan memberi koefisien yang sesuai
·
Setarakan muatan dengan
menambah ion H+ (dalam suasana asam) atau ion OH - (dalam
suasana basa)
·
Setarakan atom H dengan
menambahkan H2O
Manandai Bilangan
Oksidasi
Bilangan
oksidasi adalah konsep tatabuku (bookkeeping) yang diberikan oleh ahli kimia.
Bilangan oksidasi adalah suatu bilangan positif atau negatif yang ditandakan
pada suatu atom sesuai dengan sehimpunan aturan.
Aturan penandaan bilangan
oksidasi :
Bilangan
oksidasi ion monoatomik sama dalam hal besar dan tanda dengan muatan ioniknya.
Contoh : biloks ion bromida, Br1, adalah -1; biloks ion Fe3+
adalah +3.
Biloks
hidrogen dalam suatu senyawa selalu +1 kecuali dalam logam hidrida, contoh
dalam NaH, biloks H adalah -1
Biloks
oksigen dalam suatu senyawa adalah selalu -2 kecuali dalam peroksida, contoh
dalam H2O2 biloks O adalah -1
Biloks
unsur tak tergabung dengan unsur lain adalah nol. Contoh, biloks atom K
(kalium) dalam logam kalium, K; dan atom nitrogen dalam gas N2,
adalah nol
Untuk
senyawa netral, jumlah biloks dari atom-atom dalam senyawa harus sama dengan
nol
Untuk
ion poliatomik, jumlah biloks atom harus sama dengan muatan ionik dari ion
Metode Setengah Reaksi
Metode ini didasarkan pada
pengertian bahwa jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah reaksi oksidasi
sama dengan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi.
Penyerapan dalam larutan bersuasana basa berbeda dengan suasana asam. Kita akan
melihat terlebih dahulu penyetaraan dalam larutan bersuasana asam.
Suasana
Larutan Asam
Proses
penyetaraan berlangsung menurut langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah1
: Tulislah kerangka dasar dari setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidasi secara terpisah dalam bentuk reaksi ion.
Langkah2
: Masing-masing setengah reaksi disetarakan dengan urutan sebagai berikut :
a. Setarakan
atom yang mengalami perubahan biloks (biasanya ialah unsur selain oksigen dan hidrogen)
b. Setarakan
oksigen dengan menambahkan molekul air (H2O)
c. Setarakan
atom hidrogen dengan menambahkan ion H+
d. Setarakan
muatan dengan menambahkan elektron
Langkah 3
: Samakan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi dengan
jumlah elektron yang dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi dengan cara
memberi koefisien yang sesuai, kemudian jumlahkanlah kedua setengah reaksi
tersebut. Dengan demikian diperoleh reaksi redoks yang telah setara.
Suasana
Larutan Basa
Penyetaraan
reaksi redoks dalam suasana basa dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti
dalam suasana asam, tetapi ion H+ kemudian harus dihilangkan. Cara
menghilangkan ion H+ tersebut dengan menambahkan ion OH -
pada kedua ruas, masing-masing sejumlah ion H+ yang ada.
Langkah 1 : Tulislah kerangka dasar setengah reaksi reduksi dan
oksidasi secara terpisah
Langkah 2 : Menyetarakan masing-masing setengah reaksi
Langkah 3 : Menyamakan jumlah elektron, kemudian jumlahkan
Langkah 4 : Menghilangkan ion
H+
Untuk
menghilangkan dua ion H+, tambahkan masing-masing dua ion OH -
pada kedua ruas.
Dua ion H+
dan dua ion OH - diruas kanan akan bergabung membentuk dua molekul
air
Kurangkan molekul
air yang ada diruas kiri dan ruas kanan, sehingga menyisakan satu molekul air
diruas kanan.
BAB 2
OKSIGEN DALAM REAKSI REDOKS
Konsep lama :
Oksidasi : kombinasi suatu unsur dengan
oksigen untuk menghasilkan oksida.
Unsur dan senyawa
bergabung dengan oksigen dalam reaksi oksidasi
Unsur :
4Fe
+ 3O2 à 2Fe2O3
C
+ O2 à CO2
Senyawa :
CH4 + 2O2 à CO2 + 2H2O
Reduksi
: Hilangnya oksigen dari senyawa
2Fe2O3 +
3C à 4Fe
+ 3CO2
besi(III) oksida karbon besi karbon dioksida
Istilah
reduksi (pengurangan) berkaitan dengan fakta bahwa bila logam oksida direduksi
menjadi logam, terdapat penurunan dalam hal volum logam oksida.
Perpindahan elektron dalam
reaksi redoks
Konsep baru :
Oksidasi
: hilangnya elektron sebagian atau seluruhnya atau terimanya oksigen.
Reduksi
: terimanya elektron atau hilangnya oksigen
Contoh
reaksi logam dengan bukan logam, elektron dipindahkan dari atom logam ke atom
bukan logam
Mg +
S à Mg2+ + S2-
Oksidasi
: Mg à Mg2+ + 2e- (hilangnya elektron)
Reduksi
: S
+ 2e- à
S2- (terimanya
elektron)
Mg
: reducing agent (donor elektron)
S : oxidizing
agent (akseptor elektron)
Perpindahan
seluruhnya (lengkap) elektron dapat terlihat mudah dalam reaksi ionik di atas.
Bagaimana tentang reaksi yang menghasilkan senyawa kovalen? Tinjau reaksi
hidrogen dan oksigen,
2H2 + O2 à
2H2O
Definisi
lama oksidasi menyatakan bahwa hidrogen teroksidasi menjadi air bila ia bergabung dengan oksigen. Perpindahan
elektron dapat juga menjelaskan proses ini.
Tinjaulah
apa yang terjadi terhadap elektron ikatan dalam reaktan dan produk. Elektron
ikatan dalam molekul hidrogen digunakan bersama secara sama antara
hidrogen-hidrogen.
Namun
demikian, dalam air, elektron ikatan tidak digunakan secara sama antara
hidrogen dan oksigen.
Secara
ringkas proses yang menyebabkan oksidasi dan reduksi disajikan dalam tabel 1.
NO
|
OKSIDASI
|
REDUKSI
|
1
|
Hilangnya
seluruh (lengkap) elektron [reaksi ionik]
|
Terimanya
elektron secara lengkap [reaksi ionik]
|
2
|
Pergeseran
elektron menjauhi suatu atom dalam ikatan kovalen
|
Pergeseran
elektron menuju suatu atom dalam ikatan kovalen
|
3
|
Terimanya
oksigen
|
Hilangnya
oksigen
|
4
|
Hilangnya
hidrogen untuk senyawa kovalen
|
Terimanya
hidrogen untuk senyawa kovalen
|
5
|
Kenaikkan
bilangan oksidasi
|
Penurunan
bilangan oksidasi
|
BAB 3
SEL VOLTA
Ada
dua jenis sel elektrokimia yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Dalam sel
volta, reaksi redoks spontan digunakan untuk menghasilkan arus listrik.
Contohnya adalah batu baterai dan aki. Dalam sel elktrolisis, arus listrik
digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan. Contohnya adalah
elektrolisis air dan penyepuhan.
Reaksi Redoks Spontan
Reaksi
redoks spontan adalah reaksi redoks yang berlangsung serta-merta.Contohnya
adalah reaksi antara logam Zink dengan larutan Tembaga(II) sulfat. Jika sepotong
logam Zink dimasukkan kedalam larutan tembaga (II) sulfat, segera terjadi
reaksi dimana logam zink sedikit demi sedikit melarut, sedangkan ion tembaga
(II) diendapkan. Reaksi ini bersifat eksoterm yang ditandai dengan naiknya suhu
larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :
Zn(s)
+ CU2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)
Sementara
itu, reaksi kebalikannya, yaitu reaksi antara logam tembaga dengan larutan zink
sulfat (ion Zn2+) tidak tejadi.
Cu(s)
+ Zn2+(aq) → Cu2+(aq) + Z(s) (tidak ada reaksi)
Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa kebalikan dari reaksi spontan adalah tidak
spontan
Susunan Sel Volta
Telah
disebutkan bahwa reaksi redoks spontan dapat digunakan sebagai sumber listrik.
Untuk memahami hal itu, marilah kita perhatikan reaksi redoks spontan antara
logam zink dan ion tembaga (II) yang telah dibahas :
2e
Zn(s)
+ Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)
Perlu
diingat bahwa arus listrik adalah aliran elektron melalui kawat penghantar.
Jika zink dimasukkan kedalam larutan ion tembaga (II), akan terjadi reaksi
redoks tetapi tidak ada arus listrik karena tidak ada aliran elektron. Ion-ion
Cu2+ datang kepermukaan logam zink mengambil dua elektron, lalu
mengendap, Dalam sel volta, reduktor dan oksidatornya dipisahkan sehingga
pemindahan elektron tidak terjadi secara langsung tetapi melalui kawat
penghantar. Sebagai contoh susunan sel volta pada gambar , yaitu reaksi zink
dengan ion Cu 2+.
Gambar
1.
Sell volta yang menggunakan jembatan
garam untuk melengkapi jaringan listrik
Pada
rangkaian tersebut, logam zink dicelupkan dalam larutan yang mengandung ion Zn2+
(larutan garam zink) sementara sepotong logam tembaga dicelupkan dalam larutan
ion Cu2+ (larutan garam tembaga (II)). Logam zink akan larut sambil melepas dua
elektron.
Zn(s) → Zn2+(aq)
+ 2e
Elektron
yang dibebaskan tidak memasuki larutan tetapi tertinggal pada logam zink itu.
Elektron tersebut selnajutnya akan mengalir ke logam tembaga melalui kawat
penghantar. Ion Cu2+ akan mengambil elektron dari logam tembaga
kemudian mengendap .
Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Dengan demikian, rangkaian tersebut dapat
menghasilkan aliran elektron (listrik). Akan tetapi bersamaan dengan melarutnya
logam zink, larutan dalam labu A menjadi bermuatan positif. Hal itu akan
menghambat pelarutan logam zink selanjutnya. Sementara itu, larutan dalam labu
B akan bermuatan negatif seiring dengan
mengendapnya ion Cu2+. Hal ini akan menahan pengendapan ion
Cu2+. Jadi, aliran elektron yang disebutkan diatas tidak akan
berkelanjutan. Untuk mentralkan muatan listriknya, kedua larutan dihubungkan
dengan suatu jembatan garam, yaitu larutan garam (seperti NaCl atau KNO3)
dalam agar-agar. Ion-ion negatif dari jembatan garam akan bergerak ke labu A
untuk menetralkan kelebihan ion Zn2+, sedangkan ion-ion positif akan
bergerak ke labu B untuk menetralkan kelebihan ion SO42-.
Pada kenyataannya, tidak ada arus listrik yang dapat diukur tanpa kehadiran
jembatan garam tersebut. Jembatan garam melengkapi rangkaian tersebut sehingga
menjadi suatu rangkaian tertutup.
Logam
Zink dan Tembaga yang menjadi kutub-kutub listrik pada rangkaian sel volta
disebut elektrode. Secara definisi elektrode tempat terjadinya oksidasi disebut
anode, sedangkan elektrode tempat terjadinya reduksi disebut katode. Oleh
karena oksidasi adalah pelepasan elektron, maka anode adalah kutub negatif,
sedangkan katode merupakan kutub positif. Pada sel volta, anode adalah logam
zink dan katode adalah tembaga.
Notasi Sel Volta
Susunan
suatu sel volta dinyatakan dengan suatu notasi singkat yang disebut diagram
sel. Untuk contoh pada gambar diatas, diagram selnya adalah :
Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
Anode
biasanya digambarkan disebelah kiri, sedangkan katode disebelah kanan. Notasi
tersebut menyatakan bahwa pada anode terjasi oksidasi Zn menjadi Zn2+,
sedangkan dikatode terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu. Dua garis
sejajar (||) yang memisahkan anode dan katode menyatakan jembatan garam,
sedangkan garis tunggal menyatakan batas antarfase (Zn padatan, sedangkan Zn2+
dalam larutan ; Cu2+ dalam larutan, sedangkan Cu padatan).
Potensial
Elektrode Standar
Perhatikan
gambar 1 .Pada rangkaian itu, elektron mengalir dari elektrode Zn ke elektrode
Cu dan tidak sebaliknya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Zn lebih mudah
teroksidasi (lebih mudah melepas elektron) dari pada Cu sebaliknya ion Cu2+
lebih mudah tereduksi (lebih mudah menyerap elektron) dari pada ion Zn2+.
Perbedaan
kecenderungan teroksidasi menghasilkan perbedaan rapatan muatan antara
elektrode Zn dan elektrode Cu. Perbedaan rapatan muatan itu menyebabkan beda potensial
listrik antara Zn dan Cu yang mendorong elektron mengalir. Selisih potensial
itu disebut potensial sel dan diberi lambang Esel.
Potensial sel disebut juga gaya gerak listrik (ggl=emf atau electromotive
force).
Apabila
konsentrasi ion Zn2+ dan Cu2+ masing-masing 1M, maka sel
volta pada Gambar 1 mempunyai potensial 1.1 volt. Potensial sel yang diukur
pada 25°C dengan konsentrasi ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm disebut
potensial sel standar dan diberi lambang E°sel.
·
Potensial elektrode
Pengukuran potensial sel
dapat digunakan untuk membandingkan kecenderungan logam-logam atau spesi lain
untuk mengalami oksidasi atau reduksi. Misalnya, jika lektrode Zn|Zn2+
pada gambar diganti dengan Ag/Ag+, ternyata elektron mengalir dari
elektrode Cu ke elektrode Ag menghasilkan potensial standar (E°sel)
= 0,45 volt. Jadi, tembaga lebih mudah teroksidasi dari pada perak. Berdasarkan data diatas,
urutan kecenderungan teroksidasi dari logam-logam Zn,Cu, dan Ag adalah Zn >
Cu > Ag.
Untuk membandingakn
kecenderungan oksidasi atau reduksi dari suatu elektrode, telah ditetapkan
suatu elektrode pembanding, yaitu elektrode hidrogen. Elektrode hidrogen
terdiri atas gas hidrogen yang dialirkan kedalam larutan asam (H+)
melalui logam inert, yaitu platina. Potensial sel yang disebut potensial sel
elektrode itu dan dinyatakan dengan
lambang E. Apabila pengukuran dilakukan pada kondisi standar, yaitu
pada suhu 25°C dengan konsentrasi ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm, disebut
potensial elektrode standar dan diberi lambang E°. Harga potensial
elektrode standar (E°) dari berbagai elektrode:
Reaksi elektrode Potensial
standar, E0 (Volt)
Li(aq)
+ e Li(s) -3,04
Al3+(aq)
+ 3e Al(s) -1,66
2H2O(l)
+ 2e H2(g)+ 2OH-(aq) -0,83
Zn2+(aq)
+ 2e Zn(s) -0,76
Cr3+(aq)
+ 3e Cr(s) -0,74
Fe2+(aq)
+ 2e Fe(s) -0,44
Cd2+(aq)+
3e Cr(s) -0,40
Ni2+(aq)
+ 2e Cos) -0,28
Co2+(aq)
+ 2e Cr(s) -0,28
Sn2+
+ 2e Sn(s) -0,14
Pb2+(aq)+
2e Pb(s) -0,13
2H+(aq)
+ 2e H2(s) -0,00
Cu2+(aq)
+ 2e Cu(s) +0,34
O2(g) 2H2O(I)
+ 4e 4OH(aq) +0,40
I2(S) +
2e 2I(aq) +0,54
Ag+(aq)
+ e Ag(s) +0,80
Hg2+(aq)
+ e Hg(s) +0,85
Br2(I) +
2e Ag +1,07
O2(g) +
4H+ + 4e 2H2O(aq) +1,23
Cl2(g) +
2e 2Cl(aq) +1,36
Au3+
(aq) + 3e Au(s) +1,52
F2(g)
+ 2e 2F(aq) +2,87
Elektrode yang lebih mudah
mengalami reduksi dibandingkan terhadap elektrode hidrogen mempunyai potensial
elektrode bertanda positif , sedangkan elektrode yang lebih sukar mengalami
reduksi diberi tanda negatif.
Menurut kesepakatan
(konvensi), potensial elektrode dikaitkan dengan reaksi reduksi. Jadi,
potensial elektrode sama dengan potensial reduksi. Adapun potensial oksidasi
sama nilainya dengan potensial reduksi, tetapi tandanya berlawan
·
Potensial Sel
Potensial sel volta dapat
ditentukan melalui percobaan dengan menggunakan voltmeter atau potensiometer.
Potensial sel volta dapat juga dihitung berdasarkan data potensial elektrode
positif (katode) dan potensial elektrode negatif (anode).
Katode adalah elektrode yang
mempunyai harga E° lebih besar (lebih positif), sedangkan anode adalah yang
mempunyai E° lebih kecil (lebih negatif).
Potensial
Reaksi Redoks
Potensial reaksi redoks sama dengan
potensial sel yang dibentuknya. Sebagaimana telah disebutkan pada bagian terdahulu,
setengah reaksi reduksi menyusun katode, sedangkan setengah reaksi oksidasi
menyusun anode.
Deret Keaktifan Logam (Deret
Volta)
Susunan unsur-unsur logam berdasarkan
potensial elektrode standarnya disebut deret elektrokimia atau deret volta.
Deret volta dapat dilihat dalam tabel :
Semakin kiri kedudukan suatu
logam dalam deret volta.
·
Logam semakin reaktif
(semakin mudah melepas elektron)
·
Logam merupakan reduktor
yang semakin kuat
Sebailknya, semakin kanan
kedudukan logam dalam deret volta.
·
Logam semakin kurang
reaktif (semakin sukar melepas elektron)
·
Kationnya merupakan
oksidator yang semakin kuat
Tabel
Deret Volta
Logam
|
Li
|
K
|
Ba
|
Ca
|
Na
|
E°(V)
|
-3,04
|
-2,92
|
-2,90
|
-2,87
|
-2,71
|
Logam
|
Mg
|
Al
|
Mn
|
Zn
|
Cr
|
E°(V)
|
-2,37
|
-1,66
|
-1,18
|
-0,76
|
-0,74
|
Logam
|
Fe
|
Ni
|
Co
|
Sn
|
Pb
|
E°(V)
|
-0,44
|
-0,28
|
-0,28
|
-0,14
|
-0,13
|
Logam
|
(H)
|
Cu
|
Hg
|
Ag
|
Au
|
E°(V)
|
0,00
|
+0,34
|
+0,79
|
+0,80
|
+1,52
|
Jadi,
logam yang terletak lebih kiri lebih reaktif daripada logam-logam yang
dikanannya. Oleh karena itu, logam yang terletak lebih kiri dapat mendesak
logam yang lebih kanan dari senyawanya.
Potensial
Elektrode Standar
Pengukuran potensial elektrode standar
Untuk mengukur harga potensial suatu elektrode, maka
elektrode tersebut disusun menjadi suatu sel elektrokimia dengan elektrode standar
(Hidrogen-Platina) dan besarnya potensial dapat terbaca pada voltmeter yang
dipasang pada rangkai luar. Potensial elektrode yang diukur dengan electrode
standar kondisi standar, yaitu pada suhu 250C dengan konsentrasi
konsentrasi ion-ion 1 M dengan tekanan gas 1 atm, disebut potensial elektrode
standar dan diberi lambang E.
Potensial Elektrode Standar dan Potensial Sel
Potensial sel volta (E0sel)
merupakan beda potensial yang terjadi antara dua elektrode pada suatu sel
elektrokimia. Potensial sel dapat ditentukan berdasarkan selisih antara
elektrode yang mempunyai potensial elektrode tinggi (katode) dengan elektrode
yang mempunyai potensial elektrode rendah (anode).
E0sel = E0katode
– E0anode
Katode adalah elektrode yang mempunyai harga E0
lebih besar (lebih positif), sedangkan anode adalah elektrode yang mempunyai E0
lebih kecil (lebih negatif).
Potensial Elektrode Standar dan Reaksi Spontan
Harga potensial
electrode dapat digunakan untuk meramalkan apakah suatu reaksi kimia dapat
berlangsung spontan. Untuk menentukan spontan atau tidaknya suatu reaksi redox
dapat dilihat dari harga potensial reaksinya (E0redoks).bila
E0redoks> 0 (positif), maka reaksi dapat berlangsung
spontan, sedangkan bila E0redoks < 0 (negatif). Reaksi
tidak berlangsung spontan, artinya untuk berlangsungnya reaksi tersebut harus
ada tambahan energi dari luar.
BAB
4
SELL
EMF
Perbedaan energi
potensial per muatan listrik (beda potensial) antara dua elektroda diukur dalam
satuan volt.
Perbedaan
potensial antara dua elektroda sell volta memberikan gaya pendorong (driving
force) yang mendorong elektron melalui jaringan luar. Untuk itu kita sebut beda
potensial ini sebagai electromotive
(“menyebabkan gerakan elektron”) force
atau emf (ditandai Esell). Oleh karena Esell diukur dalam
volt, kita sering menghubungkannya sebagai voltage
(cell potential).
Gambar Aliran elektron dari anoda ke katoda sell
volta dapat ditinjau seperti aliran air melalui air terjun. Air mengalir karena
energi potensialnya lebih rendah pada dasar daripada puncak.
EMF dan Perubahan Energi
bebas
Perubahan
energi bebas Gibbs, DG
adalah ukuran kespontanan suatu proses yang terjadi pada T dan P tetap.
DG = -nFE
KET :
n :
bilangan positif tanpa satuan yang mewakili jumlah elektron yang dipindahkan
dalam reaksi
F :
tetapan faraday yaitu jumlah muatan listrik pada 1 mol elektron. Besaran muatan
ini disebut satu faraday (F). 1 F = 96500 C/mol = 96500 J/V mol.
Ingat
: nilai positif E dan nilai negatif DG
keduanya menunjukkan bahwa reaksi adalah spontan. Bila reaktan dan produk semua
dalam keadaan standarnya. Persamaan menjadi, DG0 = -nFE0
Efek Konsentrasi pada emf
sell
Persamaan
Nernst
DG
= DG0 + RT
ln Q
-nFE
= -nFE0 + RT ln Q
E
= E0 - RT/nF (ln Q)
p
ada 298 K
Emf
sell dan keseimbangan kimia
(T = 298 K)
BAB 5
POTENSIAL REDUKSI STANDAR
Potensial
elektroda standar yang ditabulasikan untuk reaksi reduksi adalah potensial
reduksi standar.
2H+(aq,
1M) +
2e- à H2(g, 1 atm)
Sebuah
elektroda yang didesain untuk menghasilkan reaksi paro ini disebut elektroda
hidrogen standar (SHE).
Gambar Elektroda hidrogen
standar (SHE)
Gambar . Sell volta
menggunakan EHS
Kapanpun kita menandai suatu
potensial bagi reaksi paro, kita menulis reaksi sebagai reduksi.
Perubahan koefisien stoikiometri dalam
reaksi paro tidak mempengaruhi nilai potensial reduksi standar (termasuk sifat
intensif).
Tabel Potensial reduksi standar dalam air pada 250C
Kespontanan reaksi redoks
Nilai
positif E menunjukkan proses spontan, dan nilai negatif E menunjukkan proses
non spontan
BAB 6
BEBERAPA SEL VOLTA KOMERSIAL
Sel
volta dengan berbagai ukuran atau potensial tersedia dipasar. Ada yang sekali
pakai, ada pula yang dapat diisi ulang. Sel volta yang sekali pakai disebut sel
primer, sedangkan sel volta yang dapat diisi ulang disebut sel sekunder.
Aki
Aki
adalah jenis baterai yang banyak digunakan untuk kendaraan bermotor. Aki
menjadi pilihan yang praktis karena dapat menghasilkan listrik yang cukup besar
dan dapat diiisi kembali.
Sel
aki terdiri atas anode Pb (timbel=timah hitam) dan katode PbO2
(timbel(IV)oksida). Keduanya merupakan zat padat, yang dicelupkan dalam larutan
asam sulfat. Kedua elektrode tersebut, juga hasil reaksinya, tidak larut dalam
larutan asam sulfat, sehingga tidak diperlukan jembatan garam.
Reaksi
pengosongan aki :
Anode : Pb(s) + HSO4-(aq)
→ PbSO4(s) + H+(aq) + 2e
Katode
: PbO2(s) + HSO4-(aq) + 3H+(aq)
+ 2e → PbSO4(s) + 2H2O(l) +
Pb(s) + PbO2(s)
+ 2HSO4-(aq) + 2H+(aq) →
2PbSO4(s) + 2H2O(l)
Tiap
sel aki mempuyai beda potensial ± 2V. Aki 12 V terdiri atas 6 sel yang
dihubungkan seri.
Aki
dapat diisi kembali karena hasil-hasil reaksi pengosongan aki tetap melekat
pada kedua elektrode. Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran
elektron pada kedua elektrode. Pada pengosongan aki, anode (Pb) mengirim
elektron pada katode. Sebaliknya pada pengisian aki, elektrode Pb dihubungkan
dengan kutub negatif sumber arus sehingga PbSO4 yang terdapat pada
elektrode Pb itu direduksi. Sementara itu, PbSO4 yang terdapat pada
elektrode PbO2 mengalami
oksidasi membentuk PbO2.
Reaksi
Pengisian Aki :
Elektrode
Pb (sebagai katode) ;
PbSO4(s)
+ H+(aq) + 2e → Pb(s) + HSO4-(aq)
Elektrode
PbO2 (sebagai anode) :
PbSO4(s) +
2 H2O(l) → PbO2(s) + HSO4-(aq)
+ 3H+(aq) + 2e +
Baterai
Kering (Sel Leclanche)
Baterai kering ditemukan oleh Lesclanche yang
mendapat hak paten atas penemuan itu pada tahun 1866. Sel Leclanche terdiri
atas suatu silinder zink yang berisi pasta dari campuran batu kawi (MnO2)
salmiak (NH4CI), karbon (C), dan sedikit air (jadi sel ini tidak 100% kering).
Zink berfungsi sebagai anode, sedangkan sebagai katode digunakan elektrode
inert, yaitu grafit, yang dicelupkan di tenga tenga pasta. Pasta itu sendiri
berfungsi sebagai oksidator. Reaksi reaksi yang terjadi dalam baterai kering
sebenarnya lebih rumit, tetapi pada garis besarnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
Anode
: Zn(s) → Zn2+(aq)
+ 2e
Katode : 2MnO2(s)
+ 2NH4+(aq) +2e →Mn2O3(s)
+ 2NH3(aq) +H2O(l)
+
Zn(s) + 2NH4+(aq)
+ 2MnO2(s) →
Zn2+(aq)
+ Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)
Zn2+
dapat bergabung dengan NH3 membentuk ion Zn(NH3)42+.
Zn2+(aq)
+ 4NH3(aq) → Zn(NH3)42+(aq)
Potensial
satu sel Leclanche adalah 1.5 Volt. Sel ini kadang disebut sel kering asam
karena adanya NH4Cl yang bersifat asam. Sel Leclanche dapat diisi
ulang.
Baterai
Alkalin
Baterai
kering jenis alkalin pada dasarnya sama dengan sel Leclanche, tetapi bersifat
basa karena menggunakan KOH menggantikan NH4Cl dalam pasta. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Anode
: Zn(s) + 2OH –(aq) → Zn(OH)2(s) +
2e
Katode : 2MnO2(s)
+ 2H2O(l) + 2e → 2MnO(OH)(s) + 2OH –(aq) +
Zn(s)
+ 2MnO2(s) + H2O(l) → Zn(OH)2(s) +
Mn2O3(s)
Potensial
dari baterai alkalin juga sebesar 1,5 Volt, tetapi baterai ini dapat bertahan
lebih lama.
Baterai
alkalin dapat menghasilkan arus lebih besar dan total muatan yang lebih banyak
daripada baterai kering biasa. Oleh karena itu, cocok digunakan untuk peralatan
yang memerlukan arus lebih besar, misalnya kamera dan tape recorder. Adapun baterai kering biasa baik digunakan untuk
peralatan yang menggunakan arus lebih kecil misalnya radio atau kalkulator.
Baterai primer (nonrechargable) adalah
baterai alkaline
Baterai
Litium
Baterai
litium telah mengalami berbagai penyempurnaan.Baterai litium yang kini banyak
digunakan adalah baterai litium-ion. Baterai litium-ion tidak menggunakan logam
litium, tetapi ion litium. Ketika digunakan, ion litium berpindah dari satu
elektrode ke elektrode laiinya melalui suatu elektrolit. Ketika di charge, arah aliran ini litium
dibalik. Baterai litium-ion diperdagangkan dalam bentuk kosong.
Batere Pb-asam
Katoda
: PbO2(s) + HSO4-(aq) + 3H+
(aq) +
2e- à PbSO4(s) + 2H2O(l)
Anoda : Pb(s)
+ HSO4-(aq) à PbSO4(s) + H+(aq) + 2e-
PbO2(s) +
Pb(s) + 2HSO4-(aq) + 2H+(aq) à 2PbSO4(s) + 2H2O(l)
Esell0 = +1,685 V -
(-0,356 V) = + 2,041 V
BAB
7
ELEKTROLISIS
Dalam
sel volta reaksi redoks spontan digunakan sebagai sumber listrik.Sel
elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta. Dalam sel elektrolisis,
listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan.
Susunan Sel Elektrolisis
Sel
elektrolisis terdir dari sebuah wadah, elektrode, elektrolit, dan sumber arus
searah .
Eektron
(listrik) memasuki sel elektrolisis melalui kutub negatif (katode). Spesi
tertentu dalam larutan menyerap elektron dari katode dan mengalami reduksi.
Sementara itu, spesi lain melepas elektron di anode dan mengalami oksidasi.
Jadi sama seperti pada sel volta, reaksi di katode adalah reduksi, sedangkan reaksi di anode adalah
oksidasi. Akan tetapi, muatan elektrodenya berbeda. Pada sel volta, katode
bermuatan positi, sedangkan anode bermuatan negatif. Pada sel elektrolisis
katode bermuatan negatif, sedangkan anode bermuatan positif.
Reaksi-reaksi elektrolisis
Reaksi
elektrolisis terdiri dari reaksi katode, yaitu reduksi, dan reaksi anode, yaitu
oksidasi. Spesi apa yang terlibat dalam reaksi katode dan anode bergantung pada
potensial elektrode dari spesi tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut.
Spesi
yang mengalami reduksi di katode adalah spesi yang potensial reduksinya paling
besar
Spesi
yang mengalami oksidasi di anode adalah spesi yang potensial oksidasinya paling
besar
Berdasarkan
ketentuan tersebut, kita dapat meramalkan reaksi-reaksi elektrolisis. Namun
demikian, perlu juga dipahami bahwa potensial elektrode juga dipengaruhi
konsentrasi dam jenis elektrodenya.
Reaksi-rekasi
di katode (Reduksi)
Reaksi
di katode bergantung pada jenis kation dalam larutan. Jika kation berasal dari
logam-logam aktif, (logam golongan IA, IIA, Al, atau Mn) yaitu logam-logam yang
potensial standar reduksinya lebih kecil (lebih negatif dari pada air), maka
air yang tereduksi. Sebaliknya, kation yang telah disebutkan diatas akan
tereduksi.
Reaksi-reaksi
di anode (oksidasi)
Elektrode
negatif (katode) tidak mungkin ikut bereaksi selama elektrolisis karena logam
tidak ada kecenderungan menyerap elektron membentuk ion negatif. Akan tetapi,
elektode positif (anode) mungkin saja ikut bereaksi, melepas elektron dan
mengalami oksidasi. Kecuali Pt dan Au, pada umumnya logam mempunyai potensial
oksidasi lebih besar dari pada air atau anion sisa asam. Oleh karena itu, jika
anode tidak terbuat dari Pt, Au atau grafit, maka anode itu akan teroksidasi.
L(s) → Lx+(aq) +
xe
Elektrode
Pt, Au, dan grafit (C) digolongkan sebagai elektrode inert (sukar bereaksi).
Jika anode terbuat dari elektrode inert, maka reaksi anode bergantung pada
jenis anion dalam larutan. Anion sisa asam oksi seperti SO42-,
NO3-, PO43- dan F-,
mempunyai potensial oksidasi lebih negatif daripada air. Anion-anion seperti
itu sukar dioksidasi sehingga air yang teroksidasi.
2H2O(l) → 4H+(aq)
+ O2(g) + 4e
Jika
anion lebih mudah dioksidasi daripada air, seperti Br- dan I-,
maka anion itu yang teroksidasi.
Hukum-Hukum Faraday
Pada
tahun 1831-1832, jauh sebelum penemuan elektron, Michael Faraday dari Inggris, telah menemukan hubungan kuantitatif
antara massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis dengan jumlah listrik yang
digunakan. Penemuan itu disimpulkannya dalam dua hukum sebagai berikut.
Hukum Faraday 1 :
“Massa zat yang dibebaskan pada
elektrolisis (G) berbanding lurus dengan jumlah listrik yang digunakan (Q)”.
G≈ Q
Jumlah
muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus (i) dengan waktu (t).
(coulomb)
Jadi,
persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut :
Hukum Faraday 2 : “Massa
zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus dengan massa
ekivalen zat itu (ME)”.
Penggabungan
hukum Faraday 1 dan 2 menghasilkan persamaan sebagai berikut :
(k= tetapan/pembanding)
Faraday
menemukan harga
Jadi,
persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dengan,
G = massa zat yang dibebaskan (dalam gram)
i
= kuat arus (dalam ampere)
t
= waktu (dalam detik)
ME
= massa ekivalen
Massa
ekivalen dari unsur-unsur logam sama dengan massa atom relatif (Ar)
dibagi dengan bilangan oksidasinya (biloks).
Stoikiometri reaksi elektrolisis
Stoikiometri
reaksi elektrolisis didasarkan pada anggapan bahwa arus listrik adalah aliran
elektron. Muatan listrik dari 1 mol elektron adalah 96.500 coulomb (tepatnya
96.487 coulomb). Jumlah muatan dari 1 mol elektron ini sama dengan tetapan
faraday (1F).
Bagaimanakah
hubungan kuat arus dan waktu dengan jumlah mol elektron? Telah kita ketahui
bahwa arus sebesar i ampere dialirkan selama t detik membawa muatan sebesar it
coulomb. Oleh karena 1mol elektron
96500 coulomb, maka dalam it coulomb
terdapat
mol elektron.
Penggunaan elektrolisis dalam industri
Dapat
disebutkan tiga bidang industri yang menggunakan elektrolisis, yaitu produksi
zat, pemurnian logam, dan penyepuhan.
Produksi
zat
Banyak
zat kimia dibuat melalui elektrolisis, misalnya logam-logam alkali, magnesium,
aluminium, fluorin, klorin, natrium hidroksida, natrium hipoklorit, dan
hidrogen peroksida.
Klorin
dan natrium hidroksida dibuat dari elektrolsisis larutan natrium klorida. Proses
ini disebut proses klor-alkali dan merupakan proses
industri yang sangat penting. Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan NaOH
dikatode dan Cl2 di anode.
NaCl(aq) →
Na+(aq) + Cl-(aq)
Katode
: 2H2O(l) + 2e → 2OH-(aq) +H2(g)
Anode
: 2Cl-(aq) → Cl2(g)+ 2e
2H2O(l) + 2Cl-(aq)
→ 2OH-(aq) + H2(g) + Cl2(g) +
Reaksi
Rumus : 2H2O(l) + 2NaCl (aq) → 2aNaOH
(aq) + H2(g) + Cl2(g)
Selama
elektrolisis, harus dijaga agar Cl2 yang terbentuk dianode tidak
bereaksi dengan NaOH yang terbentuk dikatode. Untuk itu ruang katode dan anode
perlu dipisahkan.
Pemurnian
logam
Contoh
terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Untuk membuat kabel
listrik, diperlukan tembaga murni, sebab adanya pengotor dapat mengurangi
konduktivitas tembaga. Akibatnya akan timbul banyak panas dan akan membahayakan
penggunaannya.
Tembaga
dimurnikan secara elektrolisis. Tembaga kotor dijadikan anode, sedangkan katode
digunakan tembaga murni. Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan CuSO4.
Selama elektrolisis, tembaga dari anode terus-menerus dilarutkan kemudian
diendapkan pada katode.
CuSO4(aq) → Cu2+(aq)
+ SO42-(aq)
Katode:
Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Anode: Cu(s) → Cu2+(aq)
+ 2e
+
Cu(s) → Cu(s)
anode
katode
Perak, emas, platina,
besi, dan zink biasanya merupakan pengotor pada tembaga. Perak, platina, dan
emas mempunyai potensial lebih positif daripada tembaga. Dengan mengatur
tegangan selama elektrolsis, ketiga logam itu tidak ikut larut. Ketiga logam
tersebut akan terdapat pada lumpur anode. Hasil ikutan ini biasanya cukup untuk
menutup biaya pemurnian tembaga itu. Besi dan zink, yang mempunyai potensial
elektrode lebih negatif daripada tembaga, akan ikut larut. Akan tetapi,
ion-ionnya (Fe2+ dan Zn2+) lebih sukar diendapkan, jadi
tidak ikut mengendap di katode.
Penyepuhan
Penyepuhan
(electroplating) dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi atau untuk
memperbaiki penampilan. Pada penyepuhan, logam dijadikan katode sedangkan logam
penyepuhannya sebagai anode. Kedua elektrode itu dicelupkan dalam larutan garam
dari logam penyepuh. Contoh, penyepuhan sendok yang terbuat dari besi (baja)
dengan perak. Sendok digunakan sebagai katode, sedangkan anode adalah perak
murni. Larutan elektrolitnya adalah larutan perak nitrat. Pada katode, akan
terjadi pengendapan perak, sedangkan pada anode, perak terus-menerus larut.
Konsentrasi ion Ag+ dalam larutan tidak berubah.
Katode (Fe) : Ag+(aq)
+ e → Ag(s)
Anode (Ag): Ag(s) → Ag+(aq) + e
+
Ag (anode) → Ag (katode)
Sel Elektrokimia
Transfer elektron pada reaksi redoks didalam larutan
berlangsung melalui kontak langsung antara partikel-partikel berupa atom,
molekul atau ion yang saling serah terima electron. Contoh reaksi redoks
berikut :
Zn + Cu+2
→ Zn+2 + Cu
Untuk menghindar kesenjangan ini ion negative akan
mengalir menuju larutan ion Zn+2 sebaliknya ion Zn+2 bergerak menuju larutan Cu
maka kedua larutan dihubungkan dengan jembatan garam. Keseluruhan system
pemindahan electron melalui rangkaian tertutup disebut sel elktrokimia atau
lebih umum disebut sel. Elektroda tempat dimana terjadi setengah reaksi
oksidasi disebut anoda, sedangkan elektroda tempat dimana terjadi setengan
reaksi reduksi disebut katoda.
BAB 8
KOROSI
Pengertian Korosi
Korosi
adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat dilingkungannya
yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Dalam bahasa
sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah
perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi,
logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat
logam umumnya berupa oksida atau karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.xH2O,
suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses
elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai
anode, dimana besi mengalami oksidasi.
Fe(s)
Fe2+(aq)
+ 2e
E°= +0,44 V
Elektron yang
dibebaskan di anode mengalir kebagian lain dari besi yang berlaku sebagai
katode, dimana oksigen tereduksi .
O2(g) + 2H2O(l)
+ 4e ↔ 4OH-(aq)
E° = +0,40 V
Atau
O2(g) +
4H+(aq) + 4e ↔ 2H2O(l) E° = +1,23 V
Ion besi (II) yang
terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3xH2O,
yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi yang bertindak sebagai anode
dan bagian mana yang bertindak sebagai katode bergantung pada berbagai faktor,
misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Faktor-faktor yang menyebabkan korosi besi
Korosi besi memerlukan
oksigen dan air. Kalsium klorida anhidrat (CaCl2) adalah zat yang
bersifat higroskopis (menyerap air), sehingga udara dalam tabung yang
mengandung zat itu akan bersifat kering (bebas air). Air yang sudah dididihkan
kehilangan oksigen terlarut.
Pengaruh logam lain terhadap korosi besi
Dari kehidupan
sehari-hari, kita ketahui bahwa besi yang dilapisi dengan zink akan “tahan
karat”, sedangkan besi yang kontak dengan tembaga, berkarat lebih cepat.
Cara-cara pencegahan korosi besi
Korosi menimbulkan
banyak kerugian karena mengurangi umur berbagai barang atau bangunan yang
menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah
besi menjadi baja tahan karat (stainless
steel). Akan tetapi, proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan pengunaan
besi.
Korosi membutuhkan
oksigen dan air. Kemudian, berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap
korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan dibahas didasarkan pada dua
sifat tersebut.
1). Mengecat. Jembatan,
pagar dan railing biasanya di cat. Cat menghindarkan kontak besi
dengan udara dan air.
2). Melumuri dengan oli
atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk
mencegah kontak besi dengan air.
3). Dibalut dengan
plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda
dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4). Tin Plating
(pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi
dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah tergolong logam
yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak
ada kontak dengan oksigen (udara) atau air. Akan tetapi, lapisan timah ada yang
rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi.
Hal ini terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah
(E°Fe=-0,44volt;E°Sn=-0,14volt). Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan
timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan
demikian timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang
diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5). Galvanisasi
(pelapisan dengan zink). Pipa, besi, tiang telpon, badan mobil dan berbagai
barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi
besi dari korosi sekalipun lapisannya
tidak utuh. Hali itu tejadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena
potensial reduksi besi lebih positif dari pada zink, maka besi yang kontak
dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan
demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.
6). Cromium Plating (pelapisan dengan
kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi
lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan
elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun
lapisan kromium itu ada yang rusak.
7). Sacrificial protection (pengorbanan
anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah
berkarat) dari pada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka
magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk
melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara
periodik, batang magnesium harus diganti.
Korosi aluminium
Aluminium, juga zink
dan kromium merupakan logam yang lebih aktif daripada besi. Jika demikian,
mengapa logam-logam lebih awet ? Sebenarnya, aluminium berkarat dengan cepat
membentuk oksida aluminium (Al2O3), perkaratan segera
terhenti setelah lapisan tipis oksida terbentuk. Lapisan itu melekat kuat pada
permukaan logam, sehingga melindungi logam dibawahnya terhadap perkaratan
berlanjut.
Lapisan
oksida pada permukaan aluminium dapat dibuat lebih tebal melalui elektrolisis,
yang disebut anodizing. Aluminium yang telah mengalami anodizing digunakan untuk membuat panci dan berbagai perkakas
dapur, bingkai, kerangak bangunan (panel dinding), serta kusen pintu dan
jendela. Lapisan oksida aluminium lebih
mudah di cat dan memberi warna yang lebih terang.
BAB 9
SOAL DAN JAWABAN
1.
Menyetarakan
reaksi redoks dengan metode bilangan oksidasi
Setarakanlah reaksi
redoks berikut dengan metode bilangan oksidasi
MnO4-(aq)
+ H2C2O4(aq) + H+(aq)
→ Mn2+(aq) + CO2(g) + H2O
Jawab :
Langkah 1 : Menuliskan kerangka dasar reaksi
+7 +3 +2
+4
MnO4-(aq)
+ H2C2O4(aq) ) → Mn2+(aq)
+ CO2(g)
Langkah 2 : Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan bilangan
oksidasi dengan memberi koefisien yang sesuai.
+7 +3 +2
+4
MnO4-(aq)
+ H2C2O4(aq) ) → Mn2+(aq)
+ 2CO2(g)
Langkah 3 : Menentukan
jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator dan jumlah pertambahan
bilangan oksidasi dari reduktor.
+7 +3
+2
+4
MnO4-(aq)
+ H2C2O4(aq) ) → Mn2+(aq)
+ CO2(g)
(turun 5)
+7 +2
+6 (naik 2) +8
Langkah
4 : Menyamakan jumlah perubahan bilangan oksidasi tersebut dengan memberi koefisien yang sesuai.
MnO4-(aq) +
H2C2O4(aq) ) → Mn2+(aq)
+ CO2(g)
(turun 5) (x2)
+7 +2
+6 (naik 2)(x5) +8
Hasilnya sebagai berikut .
2MnO4-(aq)
+ 5H2C2O4(aq) ) → 2Mn2+(aq)
+ 10CO2(g)
Langkah
5 : Menyamakan muatan dengan menambahkan ion H+.
2MnO4-(aq)
+ 5H2C2O4(aq) + 6H+(aq) → 2Mn2+(aq) +
10CO2(g) (muatan setara)
Langkah 6 : Menyetarakan
atom H dengan menambahkan molekul air.
2MnO4-(aq)
+ 5H2C2O4(aq) + 6H+(aq) →
2Mn2+(aq) + 10CO2(g) + 8H2O(l) (setara)
2. Menyetarakan reaksi redoks dengan metode ion-elektron
(suasana asam)
Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode ion elektron.
K2Cr2O7(aq) + HCl(aq)
→ KCl(aq) + CrCl3(aq) + Cl2(g) + H2O(l)
Jawab :
Langkah
1 : Menuliskan kerangka dasar setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidasi.
Reduksi : Cr2O72-(aq)
→ Cr3+(aq)
Oksidasi : Cl-(aq) → Cl2(g)
Langkah
2 : Menyetarakan masing-masing setengah reaksi.
Reduksi
Okidasi
(2a) Cr2O72-(aq)
→ 2Cr3+(aq) (2a)
2Cl-(aq) → Cl2(g)
(2b) Cr2O72-(aq)
→ 2Cr3+(aq) + 7H2O(l) (2b) 2Cl-(aq)
→ Cl2(g)
(2c) Cr2O72-(aq)
+ 14 H+(aq) (2c)
2Cl-(aq) → Cl2(g)
→
2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
(2d) Cr2O72-(aq)
+ 14 H+(aq) + 6e (2d)
2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e
→ 2Cr3+(aq)
+ 7H2O(l)
Langkah
3 : Menyamakan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi dengan
jumlah elektron yang dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi, kemudian jumlahkan.
Reduksi : Cr2O72-(aq)
+ 14 H+(aq) + 6e
→ 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
Oksidasi : 6Cl-(aq) → 3Cl2(g) + 6e +
Redoks : Cr2O72-(aq)
+ 14 H+(aq) + 6Cl-(aq) → 2Cr3+(aq)
+ 3Cl2(g) + 7H2O(l)
3. Menyetarakan reaksi redoks dengan metode ion elektron
(suasana basa)
Setarakanlah reaksi redoks berikut dengan metode
ion-elektron.
Bi2O3(s) + NaOH(aq) +
NaClO(aq) → NaBiO3(aq) + NaCl(aq) + H2O(l)
Jawab :
Langkah
1 : Tulislah kerangka setengah reaksi reduksi dan oksidasi secara terpisah.
Reduksi : ClO-(aq) → Cl-(aq)
Oksidasi : Bi2O3(s) → BiO3(aq)
Langkah
2 : Menyetarakan masing-masing setengah reaksi.
Reduksi Oksidasi
(2a) ClO-(aq) → Cl(aq) (2a)
Bi2O3(s) → 2BiO3-(aq)
(2b) ClO-(aq) → Cl-(aq)
+ H2O(l) (2b)
Bi2O3(s) → 3H2O(l)
(2c) ClO-(aq) + 2H+(aq)
(2c)
Bi2O3(s) + 3H2O(l)
→ Cl-(aq) + H2O(l) →
2BiO3-(aq) + 6H+(aq)
(2d) ClO-(aq) + 2H+(aq)
+ 2e (2d)
Bi2O3(s) + 3H2(l)
→ Cl-(aq) + H2O(l) → 2BiO3-(aq)
+ 6H+(aq) + 4e
Langkah
3 : Menyamakan jumlah elektron, kemudian jumlahkan.
Reduksi : ClO-(aq) + 2H+(aq)
+ 2e → Cl-(aq) + H2O(l) (x2)
Oksidasi : Bi2O3(s) + 3H2(l) → 2BiO3-(aq)
+ 6H+(aq) + 6e
(x1)
Redoks : 2ClO-(s) + Bi2O3(s)
+ 3H2O(l) → 2Cl-(aq) + 2BiO3-(aq)
+ 2H+(aq)
Langkah
4 : Menghilangkan ion H+
Untuk menghilangkan dua ion H+, tambahkan
masing-masing dua ion OH- pada kedua ruas.
Redoks : 2ClO-(s) + Bi2O3(s)
+ H2O(l) + 2OH-(aq)
→ 2Cl-(aq) + 2BiO3-(aq)
+ 2H+(aq) +
2OH-(aq)
Dua ion H+ dan dua ion OH-
diruas kanan akan bergabung membentuk dua molekul air.
Redoks : 2ClO-(s) + Bi2O3(s)
+ H2O(l) + 2OH-(aq) →
2Cl-(aq)
+ 2BiO3-(aq) + 2H2O(l)
Kurangkan molekul air yang ada di ruas kiri dan ruas
kanan, sehingga menyisakan satu molekul air diruas kanan
Redoks : 2ClO-(s) + Bi2O3(s)
+ 2OH-(aq) →2Cl-(aq) + 2BiO3-(aq)
+ H2O(l) (setara)
4. Potensial elektroda standar
Ditentukan potensial elektrode Mg/Mg2+ =
-2,34 volt, berarti potensial reduksi ion Mg2+ menjadi logam Mg =
-2,34 volt, sedangkan potensial oksidasi Mg menjadi Mg2+ = +2,34
volt.
Mg2+(aq) + 2e → Mg(s)
E° = -2,34V
Mg(s) → Mg2+(aq) + 2e E° = +2,34V
5. Menentukan potensial standar sel volta
Ditentukan dua elektrode sebagai berikut :
Ag+(aq) + e → Ag(s) E°= +0,80 V
Mg2+(aq) + 2e → Mg(s) E°= -2,37 V
a). Tentukan E°sel
yang disusun dari kedua elektrode itu.
b). Tulis reaksi elektrode dan reaksi selnya
Jawab :
a). Potensial sel adalah selisih potensial katode
dengan anode. Katode merupakan elektrode yang potensial reduksinya lebih
positif, dalam hal ini yaitu perak.
E°sel
= E°(katode) - E°(anode)
E°sel
= +0,80V – (-2,37V)
=
+3,17 volt
b). Reaksi elektrode adalah reaksi yang terjadi pada
masing-masing elektrode. Reaksi katode adalah reduksi, sedangkan reaksi anode
adalah oksidasi.
Katode (reduksi) : Ag+(aq) +
e → Ag(s) E°
= +0,80 V
Anode (oksidasi) : Mg(s) → Mg2+(aq)
+ 2e E° = +2,37 V
Reaksi selnya adalah penjumlahan reaksi elektrode, dan
merupakan reaksi redoks. Untuk menyetarakan koefisien reaksi, maka jumlah
elektron yang terlibat pada masing-masing reaksi sel harus disamakan. Dalam hal
ini, reaksi katode harus dikalikan dengan dua. Akan tetapi, perlu diingat bahwa
nilai potensial elektrode tidak bergantung pada koefisien reaksi. Oleh karena
itu, potensial reduksi (Ag) tidak ikut dikalikan dengan dua.
Katode (reduksi) : 2Ag+(aq) +
2e → 2Ag(s) E° = +0,80 V
Anode (oksidasi) : Mg(s) → Mg2+(aq) + 2e E° = -2,37 V
+
Reaksi sel (redoks) : 2Ag+(aq) + Mg(s) → 2Ag(s) + Mg2+(aq) E°sel = +3,17 V
6. Potensial Reaksi Redoks
Potensial reaksi redoks Zn(s) + Cu2+(aq)
→ Zn2+(aq) + Cu(s) dapat dihitung sebagai berikut.
Jawab :
Notasi sel volta yang dapat dibuat dari reaksi
tersebut adalah Zn|Zn2+||Cu2+|Cu.
Potensial selnya adalah :
E° =
E°Cu2+|Cu - E°Zn2+|Zn
=
0,34 – (-0,76)volt
=1,10
volt
Jadi, potensial reaksi redoks tersebut adalah 1,10
volt.
7. Menuliskan reaksi elektrolisis
Tulislah reaksi elektrolisis berikut :
a. Elektrolisis larutan NaCl dengan elektrode grafit
b. Elektrolisis lelehan MgCl2 dengan elektrode
grafit
Jawab :
a. Elektrolisis larutan NaCl dengan elektrode grafit.
NaCl(aq)
→ Na+(aq) + Cl-(aq)
·
Reaksi
katode
Reaksi
katode bergantung pada jenis kation. Dalam hal ini, kationnya adalah Na+
yaitu kation logam aktif (sukar direduksi), sehingga reaksi katode adalah
reduksi air.
Katode
: 2H2O(l) + 2e → 2OH-(aq) + H2(g)
·
Reaksi
anode
Reaksi
anode bergantung pada jenis anode dan anion. Dalam hal ini, anodenya adalah
inert (grafit) sehingga reaksi anode akan bergantung pada jenis anion. Anion
klorid, Cl-, tergolong anion mudah dioksidasi. Jadi reaksi anode
adalah oksidasi anion Cl‑ menjadi Cl2.
Anode
: 2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e
Reaksi elektrolisis lengkap adalah :
Katode
: 2H2O(l) + 2e → 2OH-(aq) + H2(g)
Anode : 2Cl-(aq)
→ Cl2(g) +
2e +
2H2O(l)
+ 2Cl-(aq) →2OH-(aq) + H2(g)
+ Cl2(g)
b. Elektrolisis lelehan MgCl2 dengan elektrode
grafit.
MgCl2(l)
→ Mg2+(l) + 2Cl-(l)
Pada
elektrolisis lelehan senyawa ion dengan elektrode inert, maka kation direduksi
dikatode sedangkan anion dioksidasi di anode.
Katode
: Mg2+(l) + 2e → Mg(s)
Anode : 2Cl-(l) → Cl2(g) +
Mg2+(l) +
2Cl-(l) → Mg(s) + Cl2(g)
8. Menggunakan hukum Faraday
Hitunglah massa tembaga yang dapat dibebaskan oleh
arus 10 ampere yang dialirkan selama 965 detik ke dalam larutan CuSO4.
(ArCu = 63,5)
Jawab :
9. Stoikiometri reaksi elektrolisis
Berapa liter gas oksigen (STP) dapat terbentuk jika
arus 10 ampere dialirkan selama 965 detik ke dalam larutan asam sulfat ?
Jawab :
Gas oksigen dibebaskan di anode menurut persamaan :
2H2O(l) → 4H+(aq)
+ O2(g) + 4e
Jumlah molelektron
=
Jumlah moloksigen =
Volum oksigen =
0,025 mol × 22,4 liter mol-1
= 0,56 liter
DAFTAR PUSTAKA
1. Arum Setia.
2012. Menerapakan Konsentrasi Reaksi Reduksi-Oksidasi
dalam Elektrokimia. http://arumsetia.wordpress.com/2012/12/28/rpp-menerapkankonsepreaksireduksioksidasidalamelektrokimia.html. Diakses
tanggal : 25 Agustus 2013
2. Chemistry
Yanto. 2012. Reaksi Redoks. http://chemistriyanto.blogspot.com/2012/07/reaksiredoks.html. Diakses
tanggal : 25 Agustus 2013
3. Purba Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta :
Erlangga
Free Football Bet No Deposit Bonuses in Canada クイーンカジノ クイーンカジノ 카지노사이트 카지노사이트 우리카지노 우리카지노 5875Nba Bet Advice and Advice: How to get started with Nba
BalasHapus