DEFINISI
·
Fakta :
Fakta (bahasa latin :
factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau data
keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. Fakta seringkali
diyakini orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah
mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah
melaporkan pengalaman orang lain sesungguhnya.
Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil pengamatan yang objektif
dan dapat dilakukan verifikasi oleh
siapapun.
Fakta ilmiah sering
dipahami sebagai suatu entitas yang ada dalam suatu struktur sosial atau
kepercayaan, akreditasi, dan praktik individual yang kompleks.
·
Konsep
Konsep dapat dipahami
sebagai gambaran umum dari suatu ide atau gagasan dari sistem penalaran. Biasanya
gambaran umum itu sifatnya abstrak. Dalam sistem penalaran, kita harus
memberikan batas atau ruang lingkup agar jelas berbeda sesuatu dengan yang
lain, baik bentuk, sifat atau material dari ide atau gagasan tersebut.
·
Prinsip
Prinsip dapat
dipahami sebagai ketentuan yang harus ada atau
harus dijalankan. Atau boleh juga dan dapat berarti suatu aturan umum
yang dijadikan sebagai panduan. Prinsip berfungsi sebagai dasar (pedoman)
bertindak, bisa saja sebagai acuan proses dan dapat pula sebagai target capaian.
Prinsip biasanya mengandung hukum causalitas atau hubungan sebab dan akibat.
·
Prosedur
Prosedur adalah
serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang harus dijalankan
atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu memperoleh hasil yang sama
dari keadaan yang sama.
Prosedur dapat
diartikan juga :
a.
Instruksi atau resep,
serangkaian perintah yang menunjukkan bagaimana menyiapkan atau membuat sesuatu
b.
Subrutin atau metode, sebuah
sub program yang merupakan bagian dari program yang besar.
POLARISASI IKATAN KOVALEN
KONSEP :
1. Ikatan
Kovalen Polar dan Kovalen Nonpolar
Hakikat ikatan
kovalen yaitu ikatan yang terbentuk karena menggunakan pasangan elektron
bersama. Namun demikian, kedudukan pasangan elektron milik bersama itu tidak
selalu simetris terhadap kedua atom yang berikatan. Pasangan elektron akan
lebih dekat kearah atom yang mempunyai keelektronegatifan lebih besar. Hal ini
mengakibatkan polarisasi atau pengutuban ikatan.
2. Molekul
Polar dan Nonpolar
Molekul dengan ikatan
kovalen nonpolar, seperti H2, Cl2, dan N2,
sudah tentu bersifat nonpolar. Tetapi, molekul dengan ikatan polar bisa
bersifat polar, bisa pula bersifat nonpolar, bergantung pada geometri (bentuk)
molekulnya. Meski ikatan yang bersifat polar, jika molekul berbentuk simetris,
maka secara keseluruhan molekul itu akan bersifat nonpolar.
3. Menunjukkan
kepolaran
Kepolaran suatu zat
dapat ditentukan dengan mengamati perilaku zat itu dalam medan magnet. Zat
polar tertarik ke dalam medan magnet, sedangkan zat nonpolar tidak.
PRINSIP :
4. Momen
Dipol
Kepolaran dinyatakan
dalam suatu besaran yang disebut momen dipol (μ)., yaitu hasil kali antara
selisih muatan (Q) dengan jarak (r) antara pusat muatan positif dengan pusat
muatan negatif.
Prinsip
Satuan momen dipol
adalah debye (D), dimana Semakin
polar suatu zat, semakin besar momen dipolnya. Zat nonpolar mempunyai momen
dipol sama dengan nol.
Tabel . Momen Dipol
Beberapa Zat
Rumus Zat
|
Momen Dipol (D)
|
HF
HCl
HBr
HI
H2O
NH3
CH3Cl (kloroform)
CH3COCH3 (aseton)
CCl4
CO2
|
1,91
1,03
0,79
0,38
1,84
1,46
1,86
2,8
0
0
|
Sekarang kita dapat
menjelaskan mengapa minyak tidak bercampur dengan air. Hal itu terjadi karena
air bersifat polar, sedangkan minyak bersifat nonpolar. Zat polar cenderung lebih
tertarik pada zat polar, sedangkan zat non polar lebih tertarik pada zat
nonpolar. Oleh karena itu, kedua zat tidak saling bercampur.
KONSEP :
PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DENGAN SENYAWA KOVALEN
Senyawa antar unsur
logam dengan non logam bersifat ionik, sedangkan senyawa antar sesama nonlogam
bersifat kovalen. Sebenarnya tidak ada senyawa yang 100% ionik atau 100%
kovalen. Kita dapat mengasumsikan bahwa
CsF merupakan senyawa yang paling ionik, sedangkan molekul unsur seperti F2
dapat dianggap sebagai 100% kovalen. Kebanyakan senyawa-senyawa lain terletak
diantara dua keadaan ekstrim tersebut.
F2 AlI3 AlCl3 AlF3 CsF
100% kovalen Cenderung kovalen Kovalen-Ionik Cenderung Ionik 100% ionik
Oleh karena
itu, untuk memastikan apakah suatu senyawa bersifat ionik atau kovalen, khususnya
jika perbedaan keelektronegatifan tidak terlalu besar, perlu dilakukan
pengamatan terhadap sifat-sifatnya. Antara senyawa ion dan senyawa kovalen
terdapat beberapa perbedaan sifat, diantaranya berikut ini :
FAKTA
:
1.
Titik Didih
Titik didih senyawa
kovalen relatif rendah, sedangkan senyawa ion relatif tinggi. Kebanyakan
senyawa kovalen mendidih dibawah 200°C, sedangkan senyawa ion umumnya mendidih
diatas 900°C. Pada suhu kamar,semua senyawa ion berupa zat padat, keras tapi
rapuh. Pada suhu kamar, senyawa kovalen
ada yang berupa padatan dengan titik leleh yang relatif rendah, ada yang berupa
cairan, ada pula yang berupa gas.
Contoh :
Air (senyawa
kovalen) : titik leleh 0°C; titik didih 100°C
Garam dapur
(senyawa ion) : titik leleh 801°C; titik didih 1.517°C
2.
Kemudahan Menguap (Volatilitas)
(Menguap berbeda dari
mendidih, mendidih adalah perubahan cairan menjadi gas pada titik didihnya,
menguap adalah perubahan padatan atau cairan menjadi uap, tidak harus pada
titik didihnya). Tidak ada senyawa ionik yang volatil.
1.
Kelarutan
Senyawa ion
cenderung larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut organik (seperti
petroleum eter, aseton, alkohol dan trikloroetana). Misalnya, natrium klorida
(garam dapur) larut dalam air tetapi tidak larut dalam kloroform. Sebaliknya,
kebanyakan senyawa kovalen tidak larut dalam air, tetapi lebih mudah larut
dalam pelarut yang kurang atau nonpolar.
2.
Daya Hantar Listrik
Senyawa ion
padat tidak menghantar listrik, tetapi lelehan dapat menghantar listrik.
Sebaliknya baik lelehan maupun padatan senyawa kovalen tidak dapat menghantar
listrik.
Perbandingan
sifat senyawa ion dan senyawa kovalen disimpulkan dalam tabel berikut :
Sifat
|
Senyawa Ion
|
Senyawa Kovalen
|
Titik didih
Daya hantar listrik
lelehan
Kelarutan dalam air
(pelarut polar)
Kelarutan dalam
pelarut nonpolar
|
Tinggi
Menghantar
Umumnya larut
Umumnya tidak larut
|
Rendah
Tidak menghantar
Umumnya tidak larut
Umumnya larut
|
KONSEP :
PENGECUALIAN DAN KEGAGALAN
ATURAN OKTET
Aturan
oktet banyak membantu dan meramalkan rumus kimia senyawa biner sederhana. Akan
tetapi, aturan itu ternyata banyak dilanggar dan ternyata gagal dalam
meramalkan rumus kimia senyawa dari unsur-unsur transisi dan postransisi.
1.
Pengecualian Aturan Oktet
a.
Senyawa yang Tidak Mencapai
Aturan Oktet
Senayawa
kovalen biner sederhana dari berilium (Be), boron (B), dan Aluminium (Al),
yaitu unsur-unsur yang elektron valensinya kurang dari 4, tidak mencapai oktet.
Contohnya : adalah BeCl2, BCl3 dan AlBr3.
Struktur Lewis BCl3
b.
Senyawa dengan Jumlah
Elektron Valensi Ganjil
Senyawa
yang memiliki jumlah elektron valensi ganjil tidak mungkin memenuhi aturan
oktet. Contohnya NO2, yang mempunyai elektron valensi (5+6+6) = 17.
Kemungkinan rumus lewis untuk NO2 adalah :
C.
Senyawa dengan Oktet Berkembang
Unsur-unsur
dari periode 3 atau lebih dapat membentuk senyawa yang melampaui aturan oktet
(lebih dari 8 elektron pada kulit terluar). Hal itu dapat terjadi karena kulit
luarnya (kulit M, N dan seterusnya) dapat mempunyai 18 elektron. Beberapa
contoh adalah PCl5, SF6, ClF3, IF7,
dan SbCl5. Perhatikanlah rumus lewis berikut :
PCl5 SF6 ClF3
2.
Kegagalan Aturan Oktet
Aturan
oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa unsur transisi maupun postransisi.
Atom Sn mempunyai 4 elektron valensi, tetapi senyawanya banyak yang terbentuk
dengan melepas 2 elektron. Begitu juga dengan Bi yang mempunyai 5 elektron
valensi, tetapi senyawanya banyak yang terbentuk dengan melepas 1 atau 3
elektron. Pada umumnya, senyawa unsur transisi maupun unsur postransisi tidak
memenuhi aturan oktet.
PROSEDUR :
MENGGAMBAR STRUKTUR LEWIS
Telah
disebutkan bahwa atom-atom dalam molekul saling berikatan dengan cara tertentu.
Cara atom-atom saling berikatan ditunjukkan dalam struktur Lewis atau rumus
bangun senyawa itu. Langkah pertama dalam menuliskan struktur Lewis (rumus
elektron) adalah menentukan kerangka (struktur) molekul yang rasional. Misalnya,
kerangka molekul untuk air adalah H-O-H bukannya H-H-O. Dalam kaitan ini kita
membedakan atom pusat dan atom
terminal. Atom pusat ialah atom yang terikat kepada dua atau lebih atom
lainnya, sedangkan atom terminal hanya terikat pada satu atom lainnya. Dalam
molekul air, atom O merupakan atom pusat, sedangkan atom-atom H merupakan atom
terminal. Langkah selanjutnya yaitu membubuhkan elektron-elektron valensi
sampai diperoleh rumus Lewis yang benar.
Penulisan
struktur Lewis dapat dilakukan dengan metode coba-coba dengan mempertimbangkan
beberap hal berikut ini :
1.
Semua elektron valensi harus
muncul dalam struktur Lewis
2.
Umumnya, semua elektron
dalam struktur Lewis berpasangan
3.
Umumnya, semua atom mencapai
konfigurasi oktet (duplet untuk hidrogen). Namun dalam berbagai kasus atom
pusat tidak oktet. Be,B, dan Al sering tidak mencapai oktet. Sementara, unsur
periode ketiga atau periode yang lebih tinggi mungkin mengalami oktet
berkembang.
4.
Kadang – kadang terdapat
ikatan rangkap atau rangkap tiga. Sebagai tip, umumnya ikatan rangkap atau
rangkap tiga hanya dibentuk ole unsur C, N, O, P dan S.
Jika
metode coba-coba tidak segera menyelesaikan masalah, kita dapat menggunakan
prosedur berikut ini :
·
Hitung jumlah elektron
valensi dari semua atom dalam molekul
·
Gambarkan kerangka molekul
yang masuk akal
·
Berikan masing-masing
sepasang elektron untuk setiap ikatan
·
Sisa elektron digunakan
untuk membuat semua atom terminal mencapai oktet
·
Tambahkan sisa elektron,
jika masih ada, kepada atom pusat
·
Apabila atom pusat belum
oktet, tarik pasangan elektron bebas dari atom terminal untuk membentuk ikatan
rangkap atau rangkap tiga dengan atom pusat
KONSEP :
TATA NAMA SENYAWA SEDERHANA
Pemberian nama yang
spesifik bukan berarti tanpa masalah, sebab jumlah senyawa sangat banyak. Untuk
mengatasi masalah tersebut, himpunan
kimia sedunia yang dikenal dengan IUPAC (International Union of Pure and Applied
Chemistry) telah merumuskan tata nama senyawa kimia. Nama yang didasarkan pada
aturan IUPAC kita kenal sebagai nama IUPAC.
1. Tata
Nama Senyawa Anorganik
Tata nama senyawa
anorganik yang akan dibahas meliputi :
·
Senyawa molekul (senyawa
kovalen) biner
·
Senyawa ion
·
Asam, dan
·
Basa
a. Senyawa
molekul (senyawa kovalen) biner
Senyawa biner adalah senyawa yang hanya
terdiri dari dua jenis unsur, misalnya air (H2O), amonia (NH3),
dan karbon dioksida (CO2).
1. Rumus
senyawa : Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut, ditulis
didepan.
B-Si-C-Sb-As-P-N-H-S-I-Br-Cl-O-F
2. Nama
senyawa : Nama senyawa kovalen biner adalah rangkaian nama kedua jenis unsur
dengan akhiran –ida pada nama unsur yang kedua.
Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk
lebih dari sejenis senyawa, maka
senyawa-senyawa itu dibedakan dengan menyebutkan angka indeksnya dalam
bahasa Yunani. Indeks satu tidak perlu disebutkan, kecuali untuk karbon
monoksida.
1 = mono
2 = di
3 = tri
4 = tetra
5 = penta
6 = heksa
7 = hepta
8 = okta
9 = nona
10 = deka
|
3. Senyawa
yang sudah umum dikenal tidak perlu mengikuti aturan diatas.
Contoh : Air (H2O),
Metana (CH4), dan Amonia (NH3).
b.
Tata Nama Senyawa Ion
Senyawa ion terdiri atas
suatu kation dan suatu anion. Kation umumnya adalah suatu ion logam, sedangkan
anion dapat berupa anion tunggal atau suatu anion poliatom.
1. Rumus
senyawa : Kation ditulis didepan
Rumus
senyawa ion ditentukan oleh perbandingan muatan kation atau anionnya. Kation
dan anion diberi indeks sedemikian rupa sehingga senyawa bersifat netral (Σ
muatan positif = Σ muatan negatif).
Contoh
;
Kation
|
Anion
|
Rumus
Garam
|
Nama
Garam
|
Na+
Ca2+
Al3+
|
NO3-
NO3-
SO42-
|
NaNO3
Ca(NO3)2
Al2(SO4)3
|
Natrium nitrat
Kalsium nitrat
Aluminium sulfat
|
2. Nama
senyawa : Nama senyawa ion adalah rangkaian nama kation (didepan) dan nama
anionnya , angka indeks tidak disebut.
Contoh
: NaCl : Natrium klorida, CaCl2 : Kalsium klorida, Na2SO4
: Natrium sulfat
Jika unsur logam mempunyai
lebih dari sejenis bilangan oksidasi, senyawa-senyawanya dibedakan dengan
menuliskan bilangan oksidasinya yang ditulisk dalam tanda kurung dengan angka
romawi dibelakang nama unsur logam itu.
Contoh :
FeCl2 : Besi (II)
klorida
FeCl3 : Besi
(III) klorida
Fe2S3
: Besi (III) sulfida
Menurut cara lama, senyawa
dari unsur logam yang mempunyai dua
jenis muatan dibedakan dengan memberi akhiran o untuk muatan lebih rendah, dan akhiran i untuk muatan lebih tinggi.
Contoh :
FeCl2 : fero
klorida
FeCl3 : feri
klorida
c. Tata
Nama Asam
Asam
adalah senyawa hidrogen yang didalam air mempunyai rasa masam.Rumus kimia asam
umumnya terdiri dari atom hidrogen (umumnya ditulis didepan, dapat dilepas
sebagai ion H+) dan suatu anion yang disebut sisa asam. Akan tetapi, perlu diingat bahwa asam adalah senyawa
molekul, bukan senyawa ion. Nama anion sisa asam sama dengan asam yang
bersangkutan tanpa kata asam.
Contoh
: H3PO4
Nama
asam : asam fosfat
Rumus
sisa asam : PO43-
Rumus
molekul dan nama dari beberapa asam yang lazim ditemukan dalam laboratorium
atau kehidupan sehari-hari :
HCl : asam klorida (dalam getah lambung)
HCl : asam klorida (dalam getah lambung)
H2SO4
: asam sulfat (dalam aki)
HNO3
: asam nitrat
H3PO4
: asam fosfat
CH3COOH
: asam asetat (asam cuka)
d. Tata
Nama Basa
Basa
adalah senyawa ion dari suatu logam dengan ion hidroksida (OH-).
Larutan basa bersifat kaustik, jika terkena kulit terasa licin seperti
bersabun. Tata nama basa sama dengan tata nama senyawa ion yang telah dibahas
diatas.
Contoh
:
NaOH
: Natrium hidroksida (soda
kaustik)
Ca(OH)2
: kalsium hidroksida (kapur
sirih)
Al(OH)3
: aluminium hidroksida (dalam
obat maag)
2. Tata
Nama Senyawa Organik
Senyawa
organik adalah senyawa-senyawa karbon dengan sifat-sifat tertentu. Senyawa
organik mempunyai tata nama khusus. Berikut ini adalah nama lazim dari beberapa
senyawa organik tersebut.
1. CH4
: metana (gas rawa,
gas alam, atau gas tambang)
2.
CO(NH2)2
: urea (ureum)
3.
CH3COOH : asam cuka (asam asetat)
4.
C6H12O6
: glukosa (gula darah, gula
anggur)
5.
C12H22O11
: sukrosa (gula
tebu)
6.
HCHO : formaldehida (bahan formalin)
7.
CHCl3 : kloroform ( suatu baham
pembius)
8.
CHI3 : iodoform (suatu
antiseptik)
9.
CH3CH2OH
: etanol (alkohol)
10. CH3COCH3
: aseton (digunakan sebagai
pembersih kuteks)
KONSEP :
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON
ELEKTROLIT
1.
Pengertian Elektrolit dan
Nonelektrolit
Berdasarkan
daya hantar listriknya, larutan dapat dibedakan ke dalam larutan elektrolit,
yaitu larutan yang dapat menghantar listrik, dan larutan nonelektrolit, yaitu
larutan yang tidak dapat menghantar listrik. Hantaran listrik melalui larutan
dapat ditunjukkan dengan alat penguji elektrolit. Adanya aliran listrik melalui
larutan ditandai oleh menyalanya lampu pijar pada rangkaian dan/atau adanya
suatu perubahan (misalnya timbul gelembung) pada salah satu atau kedua
elektrodenya.
PROSEDUR :
Percobaan
: Daya Hantar Listrik Larutan
Cara
Kerja :
1.
Susunlah alat penguji
elektrolit sehingga berfungsi dengan baik.
2.
Masukkan ± 50 mL air suling
kedalam gelas kimia, kemudian uji daya hantarnya. Catat apakah lampu menyala
atau timbul gelembung pada elektrode.
3.
Bersihkan elektrode dengan
air dan keringkan. Dengan cara yang sama, ujilah daya hantar larutan lain yang
tersedia, misalnya :
Larutan
garam dapur
Larutan
asam klorida
Larutan
asam sulfat
Larutan
natrium hidroksida
Larutan
gula
Larutan
asam cuka
Air
sumur
Air
ledeng
Analisis
Data/Pertanyaan :
1.
Gejala apakah yang menandai
hantaran listrik melalui larutan?
2.
Kelompokkan bahan-bahan yang
diuji ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit.
3.
Tarik kesimpulan dari
percobaan ini.
PRINSIP
:
2. Teori
Ion Svante Arrhenius
Menurut Arrhenius, larutan
elektrolit dapat menghantarkan listrik
karena mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion itulah yang
menghantar arus listrik melalui larutan.
NaCl → Na+(aq) + Cl-(aq)
HCl(g) → H+(aq) + Cl-(aq)
Adapun zat nonelektrolit dalam larutan tidak
terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap
berupa molekul.
KONSEP :
3. Elektrolit
Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen Polar
Teori Arrhenius dapat menjelaskan bagaimana
larutan elektrolit menghantar listrik yaitu karena adanya ion-ion yang bergerak
bebas dalam larutan. Namun dengan memperhatikan jenis ikatan dalam senyawa
elektrolit. Dalam kaitan ini kita dapat
membedakan elektrolit ke dalam senyawa
ion atau senyawa kovalen yang polar.
a.
Senyawa ion
Seperti telah
diketahui, senyawa ion terdiri atas ion-ion, misalnya NaCl dan NaOH. NaCl terdiri atas ion-ion Na+ dan Cl-,
sedangkan NaOH terdiri atas ion Na+ dan ion OH-. Dalam
kristal (padatan), ion-ion itu tidak dapat bergerak bebas, melainkan diam pada
tempatnya. Oleh karena itu, padatan senyawa ion tidak menghantar listrik. Akan
tetapi, jika senyawa ion dilelehkan atau dilarutkan, maka ion-ionnya dapat
bergerak bebas, sehingga lelehan dan larutan senyawa ion dapat menghantar
listrik.
b.
Senyawa Kovalen Polar
Berbagai zat dengan
molekul polar, seperti HCl, CH3COOH, jika dilarutkan dalam air dapat
mengalami ionisasi sehingga larutannya dapat menghantar listrik. Hali itu
terjadi karena antarmolekul polar tersebut terdapat gaya tarik-menarik yang
dapat memutuskan ikatan-ikatan tertentu dalam molekul tersebut. Perhatikanlah
ionisasi HCl dan CH3COOH berikut :
HCl (g) → H+(aq)
+ Cl-(aq)
CH3COOH(l) → CH3COO‑(aq)
+ H+(aq)
Meskipun demikian,
tidak semua molekul polar dapat mengalami ionisasi dalam air. Molekul nonpolar,
sebagaimana dapat diduga, tidak ada yang bersifat elektrolit.
Perbedaan antara
elektrolit senyawa ion dengan senyawa kovalen polar disimpulkan sebagai berikut
:
Daya Hantar
Jenis Elelktrolit
|
Padatan
|
Lelehan
|
Larutan
|
Senyawa ion
Senyawa kovalen
|
Nonkonduktor
Nonkonduktor
|
Konduktor
nonkonduktor
|
Konduktor
Konduktor
|
4. Elektrolit
Kuat dan Elektrolit Lemah
Elektrolit kuat sebagian besar atau seluruh
molekul terurai menjadi ion, sedangkan dalam elektrolit lemah, hanya sebagian
kecil molekul yang mengion.
Banyak sedikitnya elektrolit yang mengion dinyatakan
dengan derajat ionisasi atau derajat disosiasi (α), yaitu perbandingan antara
jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat yang dilarutkan.
Jika semua zat yang dilarutka mengion,
maka derajat ionisasinya = 1 : sebaliknya, jika tidak ada yang mengion maka
derajat ionisasinya = 0. Jadi, batas-batas nilai derajat ionisasinya (α) adalah
0 ≤ α ≤ 1.
Zat elektrolit yang mempunyai derajat
ionisasi besar (mendekati 1) kita sebut elektrolit kuat, sedangkan yang derajat
ionisasinya kecil (mendekati 0) kita sebut elektrolit lemah. Elektrolit kuat
mempunyai daya hantar relatif baik, meskipun konsentrasinya relatif kecil,
sedangkan elektrolit lemah mempunyai daya hantar listrik relatif buruk,
meskipun konsentrasinya relatif lebih besar.
Pada konsentrasi sama, elektrolit kuat mempunyai
daya hantar lebih baik dari pada elektrolit lemah.
REAKSI
REDOKS
Reaksi dengan oksigen lazim disebut reaksi
oksidasi. Sebaliknya, reaksi pelepasan oksigen disebut reduksi. Sebenarnya,
reduksi dan oksidasi berlangsung secara simultan (bersamaan), sehingga penamaan
yang lebih tepat adalah reaksi reduksi -oksidasi atau reaksi redoks.
Reaksi redoks banyak kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari, maupun dalam industri. Beberapa contoh yaitu perkaratan
logam, reaksi pembakaran, respirasi dan proses pengolahan logam dari bijihnya.
Pengertian oksidasi dan reduksi dikaitkan
dengan pengikatan dan pelepasan oksigen, kemudian dikembangkan menjadi proses
serah terima elektron dan perubahan bilangan oksidasi.
1. Perkembangan
Konsep Reduksi dan Oksidasi
a.Oksidasi-Reduksi sebagai Pengikatan dan
Pelepasan Oksigen
Pada awalnya, pengertian
oksidasi dan reduksi dkaitkan dengan oksigen.
Oksidasi
adalah pengikatan oksigen
Reduksi
adalah pelepasan oksigen
FAKTA :
Contoh oksidasi :
Perkaratan
Logam, misalnya besi .
4Fe(s)
+ 3O2(g) → 2Fe2O3(s)
Sumber oksigen pada reaksi oksidasi disebut
oksidator. Dan pada reaksi perkaratan logam misalnya besi, oksidator yang
digunakan adalah udara.
Contoh reduksi :
Reduksi
bijih besi (Fe2O3, hematit) oleh karbon monoksida (CO)
Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(s)
+ 3CO2(g)
Zat yang menarik oksigen pada reaksi reduksi
disebut reduktor. Reduktor yang digunakan pada Reduksi bijih besi (Fe2O3,
hematit) adalah CO.
c. Oksidasi
- Reduksi sebagai Pelepasan dan Penerimaan Elektron
1. Reaksi
kalsium dengan oksigen
(1)
2. Reaksi
kalsium dengan belerang
(2)
Menurut konsep oksidasi-reduksi terdahulu,
reaksi (1) tergolong oksidasi karena merupakan pengikatan oksigen, tetapi
reaksi (2) tidak termasuk oksidasi.
Oksidasi
adalah pelepasan elektron
Reduksi
adalah penyerapan elektron.
Jadi, oksidasi dan reduksi tidak harus
melibatkan oksigen. Dengan demikian semua proses kimia yang disertai pelepasan
elektron digolongkan oksidasi. Pada reaksi (2) diatas, kalsium mengalami
oksidasi (karena melepas elektron), sedangkan belerang mengalami reduksi
(karena menangkap elektron).
Pelepasan dan penangkapan elektron terjadi
secara simultan, artinya jika suatu spesi melepas elektron berarti ada spesi
lain yang menyerapnya. Hal itu berarti bahwa setiap oksidasi disertai reduksi.
Reaksi yang melibatkan oksidasi-reduksi selanjutnya kita sebut reaksi redoks.
Reaksi reduksi atau oksidasi saja disebut setengah reaksi. Pemisahan reaksi
redoks atau setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi hanya dalam
ide saja, tidak dalam kenyataan. Reaksi kalsium dengan belerang diatas terdiri
dari dua setengah reaksi berikut :
Oksidasi : Ca → Ca2+ + 2e‑
Reduksi : S + 2e‑
→ S2- +
Redoks : Ca + S → Ca2+ + S2-
Oksidator = menangkap elektron; mengalami reduksi
Reduktor = melepas elektron; mengalami oksidasi
oksidasi
reduksi
Reaksi
natrium dengan klorin membentuk natrium
klorida juga tergolong reaksi redoks.
oksidasi
reduksi
d.
Oksidasi – Reduksi sebagai
Pertambahan dn Penurunan Bilangan Oksidasi
Dalam
berbagai reaksi redoks yang melibatkan spesi yang kompleks, kadang-kadang tidak
mudah menentukan atom mana yang melepas elektron dan atom mana yang menangkap
elektron. Sebagai contoh :
2KmnO4
+ 3H2SO4 + H2C2O4 → K2SO4
+ 2MnSO4 + 2CO2 + 4H2O
Sebagaimana
tampak pada contoh, pelepasan elektron menyebabkan kenaikan bilangan oksidasi,
sedangkan penangkapan elektron menurunkan bilangan oksidasi.
Oksidasi = pertambahan
bilangan oksidasi
Reduksi = penurunan bilangan
oksidasi
Marilah
kita perhatikan reaksi kalsium dengan belerang membentuk kalsium sulfida.
oksidasi
reduksi
Setelah
melepas 2 elektron, bilngan oksidasi kalsium naik dari 0 menjadi +2; dipihak
lain, setelah meyerap 2 elektron, bilangan oksidasi S turun dari 0 menjadi -2.
Jadi, dalam reaksi itu, kalsium mengalami oksidasi sedangkan belerang mengalami
reduksi. Jika dikaitkan dengan perubahan bilangan oksidasi, maka oksidator dan
reduktor dalam reaksi adalah sebagai berikut :
Oksidator
= mengalami penurunan biloks
Reduktor
= mengalami pertambahan biloks
KONSEP :
2. Konsep Bilangan
Oksidasi
a. Pengertian bilangan oksidasi
Atom-atom dalam suatu
senyawa mengemban muatan listrik tertentu. Hal itu sangat jelas dalam senyawa
ion. Misalnya dalam NaCl, dimana natrium bermuatan positif dan klorin bermuatan
negatif. Dalam senyawa kovalen atom-atom juga mengemban muatan listrik parsial
karena adanya polarisasi ikatan.
Besarnya muatan yang
diemban oleh suatu atom dalam suatu senyawa, jika semua elektron ikatan
didistribusikan kepada unsur yang lebih elektronegatif, disebut bilangan oksidasi.
PRINSIP :
b.Aturan menentukan
bilangan oksidasi
Dengan
mempertimbangkan keelektronegatifan unsur dapat disimpulkan suatu aturan untuk menentukan bilangan oksidasi
sebagai berikut :
1.
Unsur bebas mempunyai
bilangan oksidasi = 0.
2.
Fluorin, unsur yang paling
elektronegatif dan membutuhkan tambahan 1 elektron mempunyai bilangan oksidasi
-1 pada semua senyawanya.
3.
Bilangan oksidasi unsur
logam selalu bertanda positif. Bilangan oksidasi beberapa unsur logam adalah
sebagai berikut
Golongan
1A (logam alkali : Li,Na,K,Rb,Cs) = +1
Golongan
2A (alkali tanah :Be,Mg,Ca,Sr,Ba) = +2
Al =
+3
Zn =
+2
Ag =
+1
Sn =
+2 dan +4
Pb =
+2 dan +4
4.
Bilangan oksidasi satu unsur
dalam satu ion tunggal sama dengan muatannya.
5.
Bilangan oksidasi H umumnya
= +1, kecuali dalam senyawanya dengan logam, bilangan oksidasi H = -1.
6.
Bilangan oksidasi O = -2
7.
Jumlah bilangan oksidasi
unsur-unsur dalam suatu senyawa = 0.
8.
Jumlah bilangan oksidasi
unsur-unsur dalam suatu ion poliatom = muatannya.
3. Tata
Nama IUPAC
Banyak unsur yang dapat membentuk senyawa
dengan lebih dari satu macam tingkat oksida. Salah satu cara yang disarankan
IUPAC untuk membedakan senyawa-senyawa seperti itu adalah dengan menuliskan
bilangan oksidasinya dalam tanda kurung dengan angka Romawi. Perhatikanlah
contoh-contoh berikut :
a. Senyawa
Ion
Cu2S : tembaga (I) sulfida
CuS
: tembaga (II) sulfida
FeSO4 : besi (II) sulfat
Fe2(SO4)3 : besi (III) sulfat
b. Senyawa
Kovalen
N2O : nitrogen (I) oksida
N2O3 : nitrogen (III) oksida
P2O5 : fosforus (V) oksida
P2O3 : fosforus (III) oksida
Namun demikian, tata
nama senyawa kovalen biner yang lebih umum digunakan adalah dengan cara
menyebut angka indeksnya. Dengan cara ini, senyawa kovaleb diatas diberinama
sebagai berikut :
N2O : dinitrogen monoksida
N2O3 : dinitrogen trioksida
P2O5 : difosforus pentaoksida
P2O3 : difosforus trioksida
DAFTAR PUSTAKA
1. Necel.
2009. Pengertian Prosedur. http://necel.wordpress.com/2009/06/28/pengertian-prosedur/.
Diakses tanggal 9 September 2013
2. Jaliu.
2010. Pengertian Fakta, Prinsip dan Konsep. http://jalius12.wordpress.com/2010/04/18/pengertian-fakta-prinsip-dan-konsep/.
Diakses tanggal 9 September 2013
3. Prasetiawan
Widi. 2009. Kimia Dasar 1. Jakarta : Cerdas Pustaka
4. Purba
Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta :Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar